MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Kelompok 3
Disusun oleh :
Asma’ul Fauziah
Lina oktaviana
Era yohans ricky alvian
triardi
STIKES BANTEN
JL. RAWA BUNTU No. 10 BSD CITY-SERPONG 153118
TELP: 021 7587 1242 / 7587 1245
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat kepada kami
hingga mampu menyelesaikan makalah ini yang merupakan tugas mata ajar
Pendidikan Agama Islam.
Dalam penyelesesaian makalah ini penulis banyak menemukan berbagai
kesulitan namun penulis juga banyak mendapat dorongan dari berbagai pihak,
untuk pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini kami ucapkan terima
kasih.
Makalah ini banyak sekali terdapat kekurangan, hal ini bukan suatu
kesengajaan, melainkan keterbatasan Ilmu pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki penulis, semoga makalah ini dapat dijadikan manfaat dan juga dapat
menambah ilmu Serta wawasan kita semua.
Bogor, 19 November 2011
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Talaq............................................................................................................ 2
B. Pengertian
Iddah.............................................................................................................2
C. Penyebab Talaq.............................................................................................................
3
D. Macam-macam Talaq.................................................................................................... 3
E. Hukum talaq.................................................................................................................. 4
F.
Syarat
Talaq................................................................................................................... 5
G. Cara Menjatuhkan
Talaq...............................................................................................
5
H. Rujuk .............................................................................................................................5
a.
Hukum
rujuk............................................................................................................6
b.
Rukun
rujuk..............................................................................................................6
c.
Hikmah rujuk............................................................................................................7
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................................................... 8
B.
Saran.............................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada umumnya setiap
orang yang melakukan perkawinan pastilah bertujuanmembangun keluarga yang
sakinah, mawadah dan warahmah, namun, tidak semuapernikahan akan selamanya
harmonis suatu saat bisa saja terjadi percekcokan yangmengakibatkan terjadinya
talaq (Perceraian)
Dewasa ini penulis
dikejutkan dengan banyaknya suami istri yang memilihuntuk tidak melanjutkan
kehidupan rumah tangga mereka, alasannya macam-macamada yang sudah tidak cocok
lagi, faktor ekonomi, anak atapun adanya orang ketiga.
dapat penulis
defenisikan bahwa salah satu maksud pernikahan adalah menghimpun semua yang
terserak dari dua manusia lalu mengumpulkannya dengansinergis untuk
kemaslahatan umat, dan ketika ada perceraian pastilah ada ketimpangan.
Apabila sudah ada batas
antara keduanya, sebelum befikir tentang perpisaha,dudulah berdua, lakukan
pembicaraan saling terbuka (open talk) dan saling intropeksidirilah, barang
kali, siapa tahu, besok pagi kita dapat duduk berdua lagi, mungkintidak dengan
cinta yang membara lagi, tapi lebih sebagai sahabat dengan hati danjiwa yang
sama-sama punya kepentinganmenyatukan langkah untuk kebaikanduniaakhirat
Dalam perenungan penulis, timbul
pertanyaan apakah sudah sedemikian
mudahnya orang menyertakan perceraian
dalam pertimbangan mereka, maka itu
berarti melemahnya ikatan keluarga dan
ikatan komitmen antara suami istri yang
mereka ucapkan sudah tidak sakral ketika
ijab kabul terucap.
Oleh karena itu penulis tertarik
mengangkat permasalahan “
B.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam
penulisan karya tulis ini adalah
1.Apakah pengertian Talaq ?
2.Bagaimana hukum Islam tentang talaq ?
1.Apakah pengertian Talaq ?
2.Bagaimana hukum Islam tentang talaq ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memaparkan pemasalahan talaq dimana
akhir-akhir ini banyak terjadinya
perceraian rumah tangga sebagai landasaan ilmu yang penulis miliki
2.Memaparkan bahan bacaan perpustakaan
sekolah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Talaq
Talaq berasal dari kata
“itiaq” menurut bahasa artinya melepaskan atau meninggalkan sedangkan menurut
istilah syara’ talaq berarti melepaskan atau membatalkan ikatan tali pekawinan
yang sah.
Tali ikatan perkawinan
itu berasa di tangan suami/ laki-laki, maka yang berhakmenjatuhkan talak itu
adalah sang suami, seorang wanita minta cerai kepada suaminya tanpa ada alasan
yang jelas, maka wanita tersebut diharamkan untuk mencium bau surgadiakhirat
kelak.
Mengapa yang berhak untuk menjatuhkantalak
itu suami / laki-laki, karena
dasarkan firman Allah SWT :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ
إِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ
Artinya :
Hai Nabi, apabila kami menceraikan istri-istrimu,
maka ceraikanlah mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang
wajar)Maksudnya ceraikanlah mereka diwaktu suci sebelum cidampuri (QS, AtsThalqa : 1)
Dari firman diatsa,
jelaslah bahwa laki-laki / suami yang berhak untuk menjatuhkan talak kepada istri,
karena rupanya laki-lakilah yang sebenarnya lebih menginginkan langgengnya
rumah tangga jika dibandingkan dengan wanita pada saat terjadinya kemelut
keluarga.
Perkawinan pada
hakikatnya merupakan anugrah tuhan yang patut kita syukuri,dan dengan bercerai
berarti tidakmenyusukuri dan dengan bercerai berarti tidakmensukuri anugrah
tersebut.1 Namun talak sendiri termasuk perkara yang halal, tapi sangat
dibenci oleh Allah.
B.
Pengertian Iddah
Iddah menurut bahasa artunya jumlah atau sejumlah. iddah menurut syari’at Islam ialah masa menunggu bagi seorang wanita karena ditalak atau ditinggal mati oleh suaminya, agar dapat diketahui kaandungannya ataukah kosong atau berisi. Adapun hukum iddah bagi seorang istri yang telah ditalaq atau ditinggal mati oleh suaminya adalah wajib. Pada masa iddah istri tidak boleh menikah dengan laki-laki lain hingga habis masa Iddahnya.
Iddah terdiri
dari beberapa macam, yaitu:
a. Iddah tiga kali suci atau tiga quru’. Iddah ibni disebabkan karena istri yang ditalak suaminya dalam keadaan hidup dan istri masih bisa mempunyai darah haid.
b. Iddah tiga bulan, yaitu bagi wanita yang di talak oleh suami dalam keadaan hidup dan isteri
a. Iddah tiga kali suci atau tiga quru’. Iddah ibni disebabkan karena istri yang ditalak suaminya dalam keadaan hidup dan istri masih bisa mempunyai darah haid.
b. Iddah tiga bulan, yaitu bagi wanita yang di talak oleh suami dalam keadaan hidup dan isteri
2
sudah tidak
mempunyai darah haid.
c. Idaah sampai melahirkan anak, berlaku bagi wanita yang di ceraikan atau di tinggal mati suaminya
c. Idaah sampai melahirkan anak, berlaku bagi wanita yang di ceraikan atau di tinggal mati suaminya
dalam keadaan
hamil.
d. Iddah selama empat bulan sepuluh hari, yaitu iddah yang berlaku bagi wanita yang di tinggal mati suaminya dalam keadaan tidak hamil.
d. Iddah selama empat bulan sepuluh hari, yaitu iddah yang berlaku bagi wanita yang di tinggal mati suaminya dalam keadaan tidak hamil.
C.
Penyebab Talaq
Adapun penyebab talaq sebagai berikut :
a.
Li’an, yaitu tuduhan
melakukan zina dari suami kepada istrinya.
b.
Ila’, yaitu sumpah
seorang suami yang menyatakan bahwa dia tidak akan menggauli istrinya selama 4
bulan atau lebih.
D.
Macam-macam Talaq
a.
Talak Sunni, yaitu talak
yang dijatuhkan oleh suami yang sesuai dengan sunah rasulullah SAW, yaitu
sebagai berikut :
·
Menalak istri secara
bertahap
·
Istri yang ditalak harus
dalam keadaan suci dan belum digauli.
b.
Talak Bid’i adalah
talak yang tidak memenuhi satu syarat atau seluruhnya. Misalnya : seorang suami
mentalak istrinya lebih dari satu, atau ia mentalak istrinya pada masa haid
atau nifas, atau pada masa suci tetapi dicampurinya dalam masa suci itu. Lebih
lanjut mereka menegaskan bahwa suami yang mentalak bid’i pada isrinya ia
dipaksa untuk rujuk kembai sampai masa iddah yang terakhir. Namun jika ia tidak
mau untuk merujuknya, Hakim boleh mengancam untuk menahannya, dan manakala ia
tetap enggan untuk merujuknya ia boleh dipukul, dan bila ia tetap bersikeras
dalam keengganannya, seorang Hakim berhak memaksa untuk merujuknya.
c.
Talak qhiru bid’i wa la-sunni hanya terjadi bagi istri
yang masih kecil, perempuan monopause, istri yang berkhulu’, istri yang hamil
dan kehamilannya dipastikan hasil hubungan dengan suaminya, dan istri yang
belum pernah didukhul.
Adapun talaq yang dilihat dari segi buleh
tidaknya suami rujuk kepada istrinya, yaitu :
Ø Talak raj’i
adalah talak yang boleh bagi suami untuk merujuk pada istrinya dengan tanpa
perlu akad baru selama masa ‘iddah, meskipun istri tidak mau untuk dirujuk. Talak
raj’i ini terjadi dalam talak satu dan dua tetapi setelah masa ‘iddah istri
sudah habis, suami tidak dapat merujuk kembali melainkan dengan akad baru.
Ø Talak ba’in
yaitu talaq yang dijatuhkan suami kepada istri nya, tetapi suaminya masih bisa
kembali kepada istrinya dengan syarat akad dan mahar yang baru.
3
Jika suami ingin kembali kepada mantan istrinya maka harus
terpenuhi syarat sebagai berikut:
1.
Mantan
istri telah menikah lagi dengan laki-laki lain
2.
Mantan
istri telah digauli oleh suami barunya
3.
Mantan
istri telah diceraikan oleh sumi barunya
4.
Mantan
istri telah habis masa iddahnya dengan suami barunya.
Adapun talaq ba’in dibagi menjadi dua yaitu :
a. Talak ba’in shughraa adalah talak yang suami tidak dapat untuk rujuk kembali pada mantan istrinya, melainkan dengan akad dan mahar baru. Talak ba’in shughraa terjadi bagi istri yang belum didukhul, istri yang berkhuluk dengan menyerahkan ‘iwad (ganti rugi), talak yang dijatuhkan oleh Hakim, dan talak sebab ila’.
b. Talak ba’in kubraa adalah
talak yang suami tidak boleh untuk merujuk kembali kepada istri kecuali bila
istri telah kawin lagi dengan orang lain dan telah dicampurinya, kemudian ia
ditalak dan telah berakhir ‘iddahnya dari suami yang kedua. Talak macam ini
terjadi dalam talak tiga.
a. Khulu’, ialah talak yang diucapkan suami dengan cara istri membayar ganti
rugi atau dengan mengembalikan mahar yang telah diterima dari suaminya.
b. Fasakh adalahbatalnya akad / lepasnya ikatan perkawinan antara suami dan
istri yang disebabkan terjadinya cacat/ kerusakan pada akad itu sendiri atau
disebabkan suatu hal yang menyebabkan akad tidak dapat dilanjutkan.
E. Hukum Talak
a. Wajib
1.
apabila suami sudah
bersumpah dengan mengatakan ia tidak akan menggauli isterinya lagi, atau karena
perselisihan antara suami isteri.
2. jika perbalahan suami
isteri tidak dapat didamaikan lagi
3. Dua orang wakil
daripada pihak suami dan isteri gagal membuat kata sepakat untuk perdamaian
rumahtangga mereka
4. Apabila pihak kadi
berpendapat bahawa talak adalah lebih baik
5. Jika tidak diceraikan
keadaan sedemikian, maka berdosalah suami
b. Haram
|
2. Ketika keadaan suci yang telah disetubuhi
3. Ketika suami sedang sakit
yang bertujuan menghalang isterinya daripada menuntut harta pusakanya
4. Menceraikan isterinya
dengan talak tiga sekali gus atau talak satu tetapi disebut berulang kali
sehingga cukup tiga kali atau lebih
4
c. sunah
1.
Jika
Suami tidak mampu menanggung nafkah untuk isterinya
2.
Isterinya
tidak menjaga maruah dirinya
F. Syarat-Syarat Talaq
adapun syarat
talaq sebagai berikut :
Syarat untuk
suami
a.
Berakal
b.
Dengan kerelaan sendiri
c.
Balig
d.
Mengucapkan dengan jelas
Syarat untuk
istri
a.
Akad nikah sah
b.
Belum diceraika dengan talaq tiga oleh suaminya
G.
Cara menjatuhkan talaq
1.
Dengan kata-kata yang
jelas (Sharih)
Talaq itu diucapkan
dengan kata-kata yang jelas “Engkau saya talaq” meskipun tidak disertai niat, maka
jatuhlah talaq dan perceraianpun terjadi
2. Dengan cara sindiran
Talaq itu diucapkan dengan cara
diucapkan secara tidak langsung
Contohnya; - ku kembalikan kau k
orang tuamu
-
Makanmu sudah
tidak enak lagi
H.
Rujuk
Pengertian rujuk dari segi bahasa kembali atau pulang. Dari
segi istilah hukum syarak rujuk bermaksud mengembalikan perempuan kepada nikah selepas
perceraian kurang daripada tiga kali dalam masa idah dengan syarat-syarat
tertentu. Seorang suami yang hendak merujuk isterinya tidak perlu mendapatkan
persetujuan kepada bekas isteri
terlebih dahulu. Seorang suami yang telah menceraikan isterinya dengan talak satu atau dua, harus baginya untuk rujuk kembali kepada isterinya selama isteri itu masih dalam iddah kerana rujuk adalah hak suami, bukan hak isteri.
terlebih dahulu. Seorang suami yang telah menceraikan isterinya dengan talak satu atau dua, harus baginya untuk rujuk kembali kepada isterinya selama isteri itu masih dalam iddah kerana rujuk adalah hak suami, bukan hak isteri.
Rujuk digalakkan oleh Islam. Firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Dan suami-suami berhak merujuk isteri-isteri mereka dalam tempoh tersebut (iddah) sekiranya
mereka mahu berdamai”. (Al-Baqarah : 228)
“Dan suami-suami berhak merujuk isteri-isteri mereka dalam tempoh tersebut (iddah) sekiranya
mereka mahu berdamai”. (Al-Baqarah : 228)
5
a. Hukum Rujuk
1. Wajib jika suami yang menceraikan salah seorang daripada
isteri-isterinya dan dia belum menyempurnaka
pembahagian giliran terhadap isteri yang diceraikan itu.
2. Haram apabila rujuk itu menjadi sebab
mendatangkan kemudaratan kepada isteri tersebut.
3. Makruh apabila perceraian itu
lebih baik diteruskan daripada rujuk.
4. Harus jika membawa kebahagiaan kepada ahli
keluanga kedua-dua belah pihak.
5. Sunah sekiranya mendatangkan kebaikan.
Suami boleh merujuk isteri yang ditalakkannya dengan syarat-syarat berikut:
(a) sudah belum habis iddah.(b) isteri tidak diceraikan dengan talak tiga.
(c) talak
itu setelah persetubuhan.
b. Rukun Rujuk :
(1) Suami
yang merujuk.
Syarat-syarat suami sah merujuk:
(a) Berakal.
(b) Baligh.
(c) Dengan kemahuan sendiri.
(d) Tidak dipaksa — tidak sah rujuk suami yang murtad.
Syarat-syarat suami sah merujuk:
(a) Berakal.
(b) Baligh.
(c) Dengan kemahuan sendiri.
(d) Tidak dipaksa — tidak sah rujuk suami yang murtad.
(b) Isteri
yang dirujuk.
Syarat isteri yang sah dirujuk:
(a) Telah disetubuhi.
(b) Bercerai dengan talak, bukan dengan fasakh.
(c) Tidak bercerai dengan khuluk — tidak sah dirujuk isteri yang bercerai dengan khuluk.
(d) belum dijatuhkan talak tiga
Syarat isteri yang sah dirujuk:
(a) Telah disetubuhi.
(b) Bercerai dengan talak, bukan dengan fasakh.
(c) Tidak bercerai dengan khuluk — tidak sah dirujuk isteri yang bercerai dengan khuluk.
(d) belum dijatuhkan talak tiga
(c) Ucapan yang menyatakan rujuk.
Syarat-syarat lafaz:
(a) Lafaz yang menunjukkan maksud rujuk, misalnya kata suami “aku rujuk engkau” atau “aku
kembalikan engkau kepada nikahku”.
(b) Tidak bertaklik — tidak sah rujuk dengan lafaz yang bertaklik, misalnya kata suami “aku rujuk
engkau jika engkau mahu”. Rujuk itu tidak sah walaupun isteri mengatakan mahu.
(c) Tidak terbatas waktu — seperti kata suami “aku rujuk engkau selama sebulan”.
Syarat-syarat lafaz:
(a) Lafaz yang menunjukkan maksud rujuk, misalnya kata suami “aku rujuk engkau” atau “aku
kembalikan engkau kepada nikahku”.
(b) Tidak bertaklik — tidak sah rujuk dengan lafaz yang bertaklik, misalnya kata suami “aku rujuk
engkau jika engkau mahu”. Rujuk itu tidak sah walaupun isteri mengatakan mahu.
(c) Tidak terbatas waktu — seperti kata suami “aku rujuk engkau selama sebulan”.
6
Isteri yang telah habis tempoh iddahnya atau
diceraikan dengan Talak Bain termasuklah Talak Tigatidak boleh dirujuk semula. Sekiranya ingin bersatu semula hendaklah dengan akad yang baru.
Syarat-syarat sah kawin semula selepas talak tiga ialah:
(a) selesai idah dari suami pertama.
(b) bekas
isteri telah menikah dengan lelaki lain.
(c) suami
kedua sudah melakukan persetubuhan dengannya.
(d) bercerai dengan suami kedua, fasakh,
atau mati (habis idah).
(e) Setelah tamat idahnya, suami pertama
boleh kembali bekas isterinya itu dengan akad nikah yang baru mengikut
syarat-syarat dan rukun-rukun nikah yang ditetapkan.
Rujuk
secara bengurau dianggap sah walaupun dilakukan secara main-main dan tanpa saksi.
1. Dapat
menyambung semula hubungan suami isteri untuk kepentingan kerukunan numah
tangga.
2. Membolehkan
seseorang berusaha untuk rujuk meskipun telah berlaku perceraian.
3. Dapat
menimbulkan kesedaran untuk lebih bertanggungjawab dalam soal rumahtangga.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis
menguraikan sekilas lalu tentang permasalahan talaq (perceraian), ada beberapa keterangan
baik ayat Al Quran dan Hadits nabiMuhammad SAW, sudah membuka tabir pikiran dan
wawasan yang selama ini masih ada hijab yang menutupinya karena kurang meresapi
dan menghayati ajaran tentang permasalahan perceraian, diantara beberapa
keterangan singkat tersebutdiatas penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut
:
1.
Talaq ialah melepaskan
atau membatalkan ikatan perkawinan.
2.
Talaq merupakan
perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah dan hukumnya makruh atau terlarang,
hukum talaq dapat berubah menjadi sunnah, wajib dan haram tergantung kondisi
dan penyebabnya.
B. Saran
Beberapakesimpulan dan uraian diatas, maka
penulismengemukakan beberapa
saran berikut :
5.
Menyarankanagar dapat
memahami dan mengerti betapa baiknya mempelajaritentangpermasalahan talaq (perceraian)
dalamhidup ini, sebab barangakalidisuatu saat kita berada dalam permasalahan
tersebut.
6.
Menyarankan agar saling
membina dan membimbing antar keluarga agarterjalin hubungan yang harmonis untuk
menghindari diri dan keluarga dariperceraian.
7.
Menyarankan betapa
pentingnya kehidupan bersama itu agar bisa bebagipengalaman hidup dengan orang
lain karena mulai dari keluarglah kita bisamenyadari akan persamaan dan
perbedaan kita dengan orang lain.
Demikian saran-saran yang dapat penulis
sampaikan, akhirnya penuis mengucapkan banyak terima kasih.
8
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar