Sabtu, 19 Mei 2012

makalah agama


MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
















Kelompok 3

Disusun oleh :

Asma’ul Fauziah
Lina oktaviana
Era yohans ricky alvian
triardi




STIKES BANTEN
JL. RAWA BUNTU No. 10 BSD CITY-SERPONG 153118
TELP: 021 7587 1242 / 7587 1245


KATA PENGANTAR



Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat kepada kami hingga mampu menyelesaikan makalah ini yang merupakan tugas mata ajar Pendidikan Agama Islam.
Dalam penyelesesaian makalah ini penulis banyak menemukan berbagai kesulitan namun penulis juga banyak mendapat dorongan dari berbagai pihak, untuk pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini kami ucapkan terima kasih.
Makalah ini banyak sekali terdapat kekurangan, hal ini bukan suatu kesengajaan, melainkan keterbatasan Ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis, semoga makalah ini dapat dijadikan manfaat dan juga dapat menambah ilmu Serta wawasan kita semua.






Bogor, 19 November 2011





Penulis







i
DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan........................................................................................................... 1

BAB II               PEMBAHASAN
A.    Pengertian Talaq............................................................................................................ 2
B.     Pengertian Iddah.............................................................................................................2
C.     Penyebab Talaq............................................................................................................. 3
D.    Macam-macam Talaq.................................................................................................... 3
E.     Hukum talaq.................................................................................................................. 4
F.      Syarat Talaq................................................................................................................... 5
G.    Cara Menjatuhkan Talaq............................................................................................... 5
H.    Rujuk .............................................................................................................................5
a.       Hukum rujuk............................................................................................................6
b.      Rukun rujuk..............................................................................................................6
c.       Hikmah rujuk............................................................................................................7
BAB III   PENUTUP
A.    Kesimpulan.................................................................................................................... 8
B.     Saran.............................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA


















ii
BAB I

PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang
Pada umumnya setiap orang yang melakukan perkawinan pastilah bertujuanmembangun keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah, namun, tidak semuapernikahan akan selamanya harmonis suatu saat bisa saja terjadi percekcokan yangmengakibatkan terjadinya talaq (Perceraian)
Dewasa ini penulis dikejutkan dengan banyaknya suami istri yang memilihuntuk tidak melanjutkan kehidupan rumah tangga mereka, alasannya macam-macamada yang sudah tidak cocok lagi, faktor ekonomi, anak atapun adanya orang ketiga.
dapat penulis defenisikan bahwa salah satu maksud pernikahan adalah menghimpun semua yang terserak dari dua manusia lalu mengumpulkannya dengansinergis untuk kemaslahatan umat, dan ketika ada perceraian pastilah ada ketimpangan.
Apabila sudah ada batas antara keduanya, sebelum befikir tentang perpisaha,dudulah berdua, lakukan pembicaraan saling terbuka (open talk) dan saling intropeksidirilah, barang kali, siapa tahu, besok pagi kita dapat duduk berdua lagi, mungkintidak dengan cinta yang membara lagi, tapi lebih sebagai sahabat dengan hati danjiwa yang sama-sama punya kepentinganmenyatukan langkah untuk kebaikanduniaakhirat
Dalam perenungan penulis, timbul pertanyaan apakah sudah sedemikian
mudahnya orang menyertakan perceraian dalam pertimbangan mereka, maka itu
berarti melemahnya ikatan keluarga dan ikatan komitmen antara suami istri yang
mereka ucapkan sudah tidak sakral ketika ijab kabul terucap.
Oleh karena itu penulis tertarik mengangkat permasalahan “

B.     Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan karya tulis ini adalah
1.Apakah pengertian Talaq ?
2.Bagaimana hukum Islam tentang talaq ?

C. Tujuan Penulisan
1. Memaparkan pemasalahan talaq dimana akhir-akhir ini banyak terjadinya
perceraian rumah tangga sebagai landasaan ilmu yang penulis miliki
2.Memaparkan bahan bacaan perpustakaan sekolah







1
BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Talaq
Talaq berasal dari kata “itiaq” menurut bahasa artinya melepaskan atau meninggalkan sedangkan menurut istilah syara’ talaq berarti melepaskan atau membatalkan ikatan tali pekawinan yang sah.
Tali ikatan perkawinan itu berasa di tangan suami/ laki-laki, maka yang berhakmenjatuhkan talak itu adalah sang suami, seorang wanita minta cerai kepada suaminya tanpa ada alasan yang jelas, maka wanita tersebut diharamkan untuk mencium bau surgadiakhirat kelak.
Mengapa yang berhak untuk menjatuhkantalak itu suami / laki-laki, karena
dasarkan firman Allah SWT :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ

Artinya :
Hai Nabi, apabila kami menceraikan istri-istrimu, maka ceraikanlah mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)Maksudnya ceraikanlah mereka diwaktu suci sebelum cidampuri (QS, AtsThalqa : 1)

Dari firman diatsa, jelaslah bahwa laki-laki / suami yang berhak untuk menjatuhkan talak kepada istri, karena rupanya laki-lakilah yang sebenarnya lebih menginginkan langgengnya rumah tangga jika dibandingkan dengan wanita pada saat terjadinya kemelut keluarga.
Perkawinan pada hakikatnya merupakan anugrah tuhan yang patut kita syukuri,dan dengan bercerai berarti tidakmenyusukuri dan dengan bercerai berarti tidakmensukuri anugrah tersebut.1 Namun talak sendiri termasuk perkara yang halal, tapi sangat dibenci oleh Allah.

B.       Pengertian  Iddah

            Iddah menurut bahasa artunya jumlah atau sejumlah. iddah menurut syari’at Islam ialah masa menunggu bagi seorang wanita karena ditalak atau ditinggal mati oleh suaminya, agar dapat diketahui kaandungannya ataukah kosong atau berisi. Adapun hukum iddah bagi seorang istri yang telah ditalaq atau ditinggal mati oleh suaminya adalah wajib. Pada masa iddah istri tidak boleh menikah dengan laki-laki lain hingga habis masa Iddahnya
.
Iddah terdiri dari beberapa macam, yaitu:
a. Iddah tiga kali suci atau tiga quru’. Iddah ibni disebabkan karena istri yang ditalak     suaminya dalam keadaan hidup dan istri masih bisa mempunyai darah haid.
b. Iddah tiga bulan, yaitu bagi wanita yang di talak oleh suami dalam keadaan hidup dan isteri

2
sudah tidak mempunyai darah haid.
c. Idaah sampai melahirkan anak, berlaku bagi wanita yang di ceraikan atau di tinggal mati suaminya
dalam keadaan hamil.
d. Iddah selama empat bulan sepuluh hari, yaitu iddah yang berlaku bagi wanita yang di tinggal mati suaminya dalam keadaan tidak hamil.
C.      Penyebab Talaq

Adapun penyebab talaq sebagai berikut :
a.       Li’an, yaitu tuduhan melakukan zina dari suami kepada istrinya.
b.      Ila’, yaitu sumpah seorang suami yang menyatakan bahwa dia tidak akan menggauli istrinya selama 4 bulan atau lebih.

D.      Macam-macam Talaq

a.       Talak Sunni, yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami yang sesuai dengan sunah rasulullah SAW, yaitu sebagai berikut :
·         Menalak istri secara bertahap
·         Istri yang ditalak harus dalam keadaan suci dan belum digauli.
b.      Talak Bid’i adalah talak yang tidak memenuhi satu syarat atau seluruhnya. Misalnya : seorang suami mentalak istrinya lebih dari satu, atau ia mentalak istrinya pada masa haid atau nifas, atau pada masa suci tetapi dicampurinya dalam masa suci itu. Lebih lanjut mereka menegaskan bahwa suami yang mentalak bid’i pada isrinya ia dipaksa untuk rujuk kembai sampai masa iddah yang terakhir. Namun jika ia tidak mau untuk merujuknya, Hakim boleh mengancam untuk menahannya, dan manakala ia tetap enggan untuk merujuknya ia boleh dipukul, dan bila ia tetap bersikeras dalam keengganannya, seorang Hakim berhak memaksa untuk merujuknya. 
c.       Talak qhiru bid’i wa la-sunni hanya terjadi bagi istri yang masih kecil, perempuan monopause, istri yang berkhulu’, istri yang hamil dan kehamilannya dipastikan hasil hubungan dengan suaminya, dan istri yang belum pernah didukhul. 

Adapun talaq yang dilihat dari segi buleh tidaknya suami rujuk kepada istrinya, yaitu :

Ø  Talak raj’i adalah talak yang boleh bagi suami untuk merujuk pada istrinya dengan tanpa perlu akad baru selama masa ‘iddah, meskipun istri tidak mau untuk dirujuk. Talak raj’i ini terjadi dalam talak satu dan dua tetapi setelah masa ‘iddah istri sudah habis, suami tidak dapat merujuk kembali melainkan dengan akad baru.
Ø  Talak ba’in yaitu talaq yang dijatuhkan suami kepada istri nya, tetapi suaminya masih bisa kembali kepada istrinya dengan syarat akad dan mahar yang baru.






3
Jika suami ingin kembali kepada mantan istrinya maka harus terpenuhi syarat sebagai berikut:
1.         Mantan istri telah menikah lagi dengan laki-laki lain
2.         Mantan istri telah digauli oleh suami barunya
3.         Mantan istri telah diceraikan oleh sumi barunya
4.         Mantan istri telah habis masa iddahnya dengan suami barunya.

Adapun talaq ba’in dibagi menjadi dua yaitu :

a. Talak ba’in shughraa adalah talak yang suami tidak dapat untuk rujuk kembali pada mantan istrinya, melainkan dengan akad dan mahar baru. Talak ba’in shughraa terjadi bagi istri yang belum didukhul, istri yang berkhuluk dengan menyerahkan ‘iwad (ganti rugi), talak yang dijatuhkan oleh Hakim, dan talak sebab ila’.

b. Talak ba’in kubraa adalah talak yang suami tidak boleh untuk merujuk kembali kepada istri kecuali bila istri telah kawin lagi dengan orang lain dan telah dicampurinya, kemudian ia ditalak dan telah berakhir ‘iddahnya dari suami yang kedua. Talak macam ini terjadi dalam talak tiga. 

a.     Khulu’, ialah talak yang diucapkan suami dengan cara istri membayar ganti rugi atau dengan mengembalikan mahar yang telah diterima dari suaminya.
b.    Fasakh adalahbatalnya akad / lepasnya ikatan perkawinan antara suami dan istri yang disebabkan terjadinya cacat/ kerusakan pada akad itu sendiri atau disebabkan suatu hal yang menyebabkan akad tidak dapat dilanjutkan.

E.     Hukum Talak
a. Wajib
1.      apabila suami sudah bersumpah dengan mengatakan ia tidak akan menggauli isterinya lagi, atau karena perselisihan antara suami isteri.
2.      jika perbalahan suami isteri tidak dapat didamaikan lagi
3.      Dua orang wakil daripada pihak suami dan isteri gagal membuat kata sepakat untuk perdamaian rumahtangga mereka
4.      Apabila pihak kadi berpendapat bahawa talak adalah lebih baik
5.      Jika tidak diceraikan keadaan sedemikian, maka berdosalah suami
b. Haram
1.      Menceraikan isteri ketika sedang haid atau nifas
2.       Ketika keadaan suci yang telah disetubuhi
3.      Ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalang isterinya daripada menuntut harta pusakanya
4.      Menceraikan isterinya dengan talak tiga sekali gus atau talak satu tetapi disebut berulang kali sehingga cukup tiga kali atau lebih


4
c. sunah
1.      Jika Suami tidak mampu menanggung nafkah untuk isterinya
2.      Isterinya tidak menjaga maruah dirinya

F.     Syarat-Syarat Talaq
adapun syarat talaq sebagai berikut :
Syarat untuk suami
a.       Berakal
b.      Dengan kerelaan sendiri
c.       Balig
d.      Mengucapkan dengan jelas
Syarat untuk istri
a.       Akad nikah sah
b.      Belum diceraika dengan talaq tiga oleh suaminya

G.      Cara menjatuhkan talaq
1.      Dengan kata-kata yang jelas (Sharih)
Talaq itu diucapkan dengan kata-kata yang jelas “Engkau saya talaq” meskipun tidak disertai niat, maka jatuhlah talaq dan perceraianpun terjadi
2.   Dengan cara sindiran
            Talaq itu diucapkan dengan cara diucapkan secara tidak langsung
            Contohnya; - ku kembalikan kau k orang tuamu
-          Makanmu sudah tidak enak lagi
             
H.      Rujuk

Pengertian rujuk dari segi bahasa kembali atau pulang. Dari segi istilah hukum syarak rujuk bermaksud   mengembalikan perempuan kepada nikah selepas perceraian kurang daripada tiga kali dalam masa idah dengan syarat-syarat tertentu. Seorang suami yang hendak merujuk isterinya tidak perlu mendapatkan persetujuan kepada bekas isteri
terlebih dahulu. Seorang suami yang telah menceraikan isterinya dengan talak satu atau dua, harus baginya untuk rujuk kembali kepada isterinya selama isteri itu masih dalam iddah kerana rujuk adalah hak suami, bukan hak isteri.
Rujuk digalakkan oleh Islam. Firman Allah SWT:
Maksudnya:                
“Dan suami-suami berhak merujuk isteri-isteri mereka dalam tempoh tersebut (iddah) sekiranya
mereka mahu berdamai”.  (Al-Baqarah : 228)


5
a.      Hukum Rujuk
  1.   Wajib jika suami yang menceraikan salah seorang daripada isteri-isterinya dan dia belum  menyempurnaka pembahagian giliran terhadap isteri yang diceraikan itu.
2.   Haram apabila rujuk itu menjadi sebab mendatangkan kemudaratan kepada isteri tersebut.
  3.    Makruh apabila perceraian itu lebih baik diteruskan daripada rujuk.
  4.    Harus  jika membawa kebahagiaan kepada ahli keluanga kedua-dua belah pihak.
  5.    Sunah sekiranya mendatangkan kebaikan.
Suami boleh merujuk isteri yang ditalakkannya dengan syarat-syarat berikut:
      (a)  sudah belum habis iddah.
      (b)   isteri tidak diceraikan dengan talak tiga.
(c)   talak itu setelah persetubuhan.   
b.  Rukun Rujuk :
(1)   Suami yang merujuk. 
Syarat-syarat suami sah merujuk:
(a)  Berakal. 
(b)  Baligh.
(c)  Dengan kemahuan sendiri.
(d)  Tidak dipaksa — tidak sah rujuk suami yang murtad.  
(b)   Isteri yang dirujuk.
Syarat isteri yang sah dirujuk:
(a)   Telah disetubuhi.
(b)   Bercerai dengan talak, bukan dengan fasakh.
(c)   Tidak bercerai dengan khuluk — tidak sah dirujuk isteri yang bercerai dengan khuluk.
(d)   belum dijatuhkan talak tiga  
(c)  Ucapan yang menyatakan rujuk.
 Syarat-syarat lafaz:
(a) Lafaz yang menunjukkan maksud rujuk, misalnya kata suami “aku rujuk engkau” atau “aku
     kembalikan engkau kepada nikahku”.
(b) Tidak bertaklik — tidak sah rujuk dengan lafaz yang bertaklik, misalnya kata suami “aku rujuk
     engkau jika engkau mahu”.
 Rujuk itu tidak sah walaupun isteri mengatakan mahu.
(c) Tidak terbatas waktu — seperti kata suami “aku rujuk engkau selama sebulan”.  






6
   Isteri yang telah habis tempoh iddahnya atau diceraikan dengan Talak Bain termasuklah Talak Tiga
        tidak boleh dirujuk semula. Sekiranya ingin bersatu semula hendaklah dengan akad yang baru. 

       Syarat-syarat sah kawin semula selepas talak tiga ialah:
         (a)   selesai idah dari suami pertama.
(b)   bekas isteri telah menikah dengan lelaki lain.
(c)   suami kedua sudah melakukan persetubuhan dengannya.
(d)   bercerai dengan suami kedua, fasakh, atau mati (habis idah).
(e)   Setelah tamat idahnya, suami pertama boleh kembali bekas isterinya itu dengan akad nikah yang baru mengikut syarat-syarat dan rukun-rukun nikah yang ditetapkan.  
Rujuk secara bengurau dianggap sah walaupun dilakukan secara main-main dan tanpa saksi.

c. Hikmat rujuk
1.     Dapat menyambung semula hubungan suami isteri untuk kepentingan kerukunan numah tangga.
2.     Membolehkan seseorang berusaha untuk rujuk meskipun telah berlaku perceraian.
3.     Dapat menimbulkan kesedaran untuk lebih bertanggungjawab dalam soal rumahtangga.















7
BAB III
PENUTUP



A.    Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan sekilas lalu tentang permasalahan talaq (perceraian), ada beberapa keterangan baik ayat Al Quran dan Hadits nabiMuhammad SAW, sudah membuka tabir pikiran dan wawasan yang selama ini masih ada hijab yang menutupinya karena kurang meresapi dan menghayati ajaran tentang permasalahan perceraian, diantara beberapa keterangan singkat tersebutdiatas penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1.      Talaq ialah melepaskan atau membatalkan ikatan perkawinan.
2.      Talaq merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah dan hukumnya makruh atau terlarang, hukum talaq dapat berubah menjadi sunnah, wajib dan haram tergantung kondisi dan penyebabnya.

B.     Saran
Beberapakesimpulan dan uraian diatas, maka penulismengemukakan beberapa
saran berikut :
5.      Menyarankanagar dapat memahami dan mengerti betapa baiknya mempelajaritentangpermasalahan talaq (perceraian) dalamhidup ini, sebab barangakalidisuatu saat kita berada dalam permasalahan tersebut.

6.      Menyarankan agar saling membina dan membimbing antar keluarga agarterjalin hubungan yang harmonis untuk menghindari diri dan keluarga dariperceraian.

7.      Menyarankan betapa pentingnya kehidupan bersama itu agar bisa bebagipengalaman hidup dengan orang lain karena mulai dari keluarglah kita bisamenyadari akan persamaan dan perbedaan kita dengan orang lain.

Demikian saran-saran yang dapat penulis sampaikan, akhirnya penuis mengucapkan banyak terima kasih.












8
DAFTAR PUSTAKA


































Tidak ada komentar:

Posting Komentar