TUGAS MAKALAH
KOMUNIKASI
KEPERAWATAN DASAR
HILDEGARD E.
PEPLAU
Kelompok 3
Agus Mulyanto
Asma’ul Fauziah
Era Yohans
Ricky Alvian
Lina Oktaviani
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.............................................................................................................. 1
1.2.1. Tujuan Umum .................................................................................................... 2
1.2.2
Tujuan
Khusus.................................................................................................. 2
BAB II TUJUAN
TERTULIS
2.1. Sejarah................................................................................................................... 3
2.2
Konsep Maeri..........................................................................................................4
2.2.1.
Teori Peplau..................................................................................................
4
2.2.2. Klien.............................................................................................................. 4
2.2.3.
Perawat........................................................................................................ 4
2.2.4.
Sumber
Kesulitan........................................................................................
6
2.2.5.
Proses
Interpersonal.................................................................................... 6
2.3.
Aplikasi Asuhan Keperawatan................................................................................7
BAB III
PEMBAHASAN
Pembahasan.................................................................................................................. 9
BAB IV KESIMPULAN DAN
SARAN
4.1.
Kesimpulan...........................................................................................................
11
4.2. Saran.....................................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA
i
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan kita kesehatan, sehingga kelompok kita bias menyelesaiakan
makalah ini. Makalah ini kita buat berdasarkan kebutuhan seorang perawat dan
perawat merawat kliennya yang berdasarkan Teori / Keperawatan menurut Abdellah
Paye dan Hildegard Peplau
Semoga makalah ini kita susun ini berguna dan
bermanfaat, bagi yang membacanya terutama bagi para perawat, kritik dan saran
sangat kita harapkan, karena kita manusai bias tidak pernah luput dan salah dan
dosa.
Bogor, 9 desember 2011
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi merupakan bagian dari
masyarakat, serta akan berubah seirama dengan berubahnya masyarakat itu
sendiri. Masyarakat terus-menerus berkembang dan mengalami perubahan. Era
kesejagatan hendaknya oleh perawat dipersiapkan secara benar dan menyeluruh,
mencakup seluruh aspek keadaan atau peristiwa yang terjadi atau sedang dan yang
akan berlangsung dalam era tersebut.
Ada 4 skenario masa depan yang diprediksikan akan terjadi
dan harus di antisipasi dengan baik oleh profesi keperawatan Indonesia (
Ma’arifin Husin, 1999 ) antara lain : a. masyarakat berkembang disini
masyarakat akan lebih berpendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, menuntut
berbagai jenjang pelayanan kesehatan/ keperawatan yang professional serta
rentang kehidupan daya ekonomi masyarakat semakin melebar. b. Rentang masalah
kesehatan yang semakin melebar mulai dari yang sederhana sampai pada masalah
yang komplek c. IPTEK yang terus berkembang, dimana penggunaan teknologi dari
yang sederhana sampai pada teknologi yang sangat canggih. d.. Tuntutan profesi
terus meningkat.
Tantangan tersebut tentunya harus dapat dikelola dengan baik
oleh profesi keperawatan keperawatan . Namun disisi lain ada permasalahan pokok
yang dihadapi perawat Indonesia dalam sistem pelayanan kesehatan, seperti yang
dikemukakan oleh Azrul Anwar, 1999 dikutip oleh Nursalam, 2002 adalah sebagai
berikut : peran perawat professional yang belum optimal, terlambatnya pengakuan
body of knowledge profesi keperawatan, terlambatnya pengembangan pendidikan
keperawatan professional, terlambatnya pengembangan sistem pelayanan asuhan
keperawatan professional.
Langkah strategik yang harus dilakukan dalam mengahadapi
tantangan dan permasalahan diatas adalah “ the nurse should do no harm to your
self “ ( Nigthtingale, dikutip oleh Nursalam 2002 ) artinya semua tindakan
keperawatan harus dapat memenuhi kebutuhan pasien tanpa ada resiko negative
yang ditimbulkan.
1
Hal ini ditegaskan oleh Lynn Basford dan Oliver Slevin (
2006 ) yang menyatakan profesi keperawatan menginginkan adanya perawat yang
berpikir, yaitu perawat yang tidak hanya melakukan tugasnya tanpa berpikir,
namun yang memikirkan dengan cermat tentang apa yang dilakukannya dan bertindak
bijaksana demi kepertingan pasien atau klien. Salah satu strategi adalah
penerapan model keperawatan yang merupakan aplikasi praktek keperawatan
berdasarkan teori, disamping itu peningkatan pendidikan, pengembangan Ilmu keperawatan,
pelaksanaan riset keperawatan. Untuk dapat menerapkan model
keperawatan yang merupakan aplikasi praktek keperawatan berdasarkan
teori maka perlu dipahami dahulu konsep dan teori model keperawatan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memahami konsep dan teori model keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus :
a. Mampu
menjelaskan pengertian konsep
b. Mampu mengidentifikasi
konsep utama keperawatan
c. Mampu
menjelaskan pengertian teori keperawatan
d. Mampu mennguraikan
proses penyusunan teori keperawatan
e. Mampu
menjelaskan karateristik teori keperawatan.
f. Mampu
menjelaskan model keperawatan beserta karateristiknya
g. Mampu menjelaskan
aplikasi praktek keprawatan berdasarkan teori.
2
BAB II
TUJUAN TERTULIS
2.1. Sejarah
Hildegard E. Peplau, PhD, RN, FAAN, yang dikenal
sebagai “jiwa ibu menyusui,” meninggal di usia 89 tahun pada tanggal 17 Maret
1999. The only nurse to serve the ANA as executive director and later as
president, she served two terms on the Board of the International Council of
Nurses (ICN). Satu-satunya perawat untuk melayani ANA sebagai direktur
eksekutif dan kemudian sebagai presiden, ia menjabat dua istilah di Dewan
International Council of Nurses (ICN). In 1997, she received nursing’s highest
honor, the Christiane Reimann Prize, at the ICN Quadrennial Congress. Pada
tahun 1997, ia menerima kehormatan tertinggi keperawatan, yang Christiane
Reimann Prize, pada Kongres ICN yg berlangsung empat tahun. In 1996, the
American Academy of Nursing honored Peplau as a “Living Legend,” and, in 1998,
the ANA inducted her into its Hall of Fame. (Extract from the “Peplau leaves
legacy of achievement” article below – Nursing World May 1999) Pada tahun 1996,
American Academy of Nursing Peplau dihormati sebagai “Legenda Hidup”, dan, pada
tahun 1998, ANA dilantik-nya ke dalam Hall of Fame. (Kutipan dari “warisan daun
Peplau prestasi” artikel di bawah ini – Keperawatan Dunia Mei 1999 )
Hildegard Peplau’s fifty-year career in nursing left
an indelible stamp on the profession of nursing, and on the lives of the
mentally ill in the United States. Hildegard Peplau lima puluh tahun karirnya
di panti kiri cap yang tak terhapuskan pada profesi keperawatan, dan pada
kehidupan para sakit jiwa di Amerika Serikat. She wore many hats – founder of
modern psychiatric nursing, innovative educator, advocate for the mentally ill,
proponent of advanced education for nurses, Executive Director and then President
of the American Nurses Association, and prolific author.
3
Dia mengenakan
banyak topi – pendiri keperawatan jiwa modern, inovatif pendidik, advokat bagi
penderita penyakit mental, pendukung pendidikan lanjutan untuk perawat,
Direktur Eksekutif dan kemudian Presiden American Nurses Association, dan
penulis produktif. Her life was often marked with controversy, which she faced
with courage and determination. Hidupnya sering ditandai dengan kontroversi,
yang dia dihadapkan dengan keberanian dan tekad.
2.2. Konsep Materi
2.2.1. Teori
Peplau
Model
konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan tentang
kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar
hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu klien, perawat,
masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit (sumber kesulitan), dan proses
interpersonal.
2.2.2. Klien.
Sistem
dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis,
interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan
mengintegrasikan belajar pengalaman. Klien adalah subjek yang langsung
dipengaruhi. Oleh adanya proses interpersonal.
2.2.3. Perawat
Perawat
berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan pasien yang
bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang menjadi tujuan.
Hal ini berarti dalam hubungannya dengan pasien, perawat berperan sebagai mitra
kerja, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor sesuai
dengan fase proses interpersonal.
Pendidikan
atau pematangan tujuan yang dimaksud untuk meningkatkan gerakan yang progresif
dan kepribadian seseorang dalam berkreasi, membangun, menghasilkan pribadi dan
cara hidup bermasyarakat.
4
Perawat
mempunyai 6 peran sebagai berikut :
1.
Mitra
kerja, berbagi rasa hormat dan minat yang positif pada pasien. Perawat
menghadapi klien seperti tamu yang dikenalkan pada situasi baru. Sebagai mitra
kerja, Hubungan P-K merupakan hubungan yang memerlukan kerha sama yang harmonis
atas dasar kemitraan sehingga perlu dibina rasa saling percaya, saling
mengasihi dan menghargai.
2.
Nara
sumber (resources person) memberikan jawaban yang spesifik terhadap pertanyaan
tentang masalah yang lebih luas dan selanjutnya mengarah pada area permasalahan
yang memerlukan bantuan. perawat mampu memberikan informasi yang akurat, jelas
dan rasional kepada klien dalam suasana bersahabat dan akrab.
3.
Pendidik
(teacher) merupakan kombinasi dari semua peran yang lain. Perawat harus
berupaya memberikan pendidikan, pelatihan, dan bimbingan pada klien/keluarga
terutama dalam megatasi masalah kesehatan.
4.
Kepemimpinan
(leadership) mengembangkan hubungan yang demokratis sehingga merangsang
individu untuk berperan. Perawat harus mampu memimpin klien/keluarga untuk
memecahkan masalah kesehatan melalui proses kerja sama dan partisipasi aktif
klien.
5.
Perngasuh
pengganti (surrogate) membantu individu belajar tentang keunikan tiap manusia
sehingga dapat mengatasi konflik interpersonal. Perawat merupakan individu yang
dipercaya klien untuk berperan sebagai orang tua, tokoh masyarakat atau
rohaniawan guna membantu memenuhi kebutuhannya.
6.
Konselor
(consellor) meninhgkatkan pengalaman individu menuju keadaan sehat yaitu
kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif. Perawat harus dapat
memberikan bimbingan terhadap masalah klien sehingga pemecahan masalah akan
mudah dilakukan.
5
2.2.4. Sumber
kesulitan
Ansietas
berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman interpersonal
yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila komunikasi dengan orang
lain mengancam keamanan psikologi dan biologi individu. Dalam model peplau
ansietas merupakan konsep yang berperan penting karena berkaitan langsung
dengan kondisi sakit. Dalam keadaan sakit biasanya tingkat ansietas meningkat.
Oleh karena itu perawat pada saat ini harus mengkaji tingkat ansietas klien.
Berkurangnya ansietas menunjukkan bahwa kondisi klien semakin membaik.
2.2.5. Proses
Interpersonal
Dalam ilmu
komunikasi, proses interpersonal didefinisikan sebagai proses interaksi secara
simultan dengan orang lain dan saling pengaruh-mempengaruhi satu dengan
lainnya, biasanya dengan tujuan untuk membina suatu hubungan. Berkaitan dengan
hal tersebut, maka proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan klien
ini menggambarkan metode transpormasi energi atau ansietas klien oleh perawat
yang terdiri dari 4 fase yaitu :
1. Fase orientasi
Lebih difokuskan untuk membantu pasien menyadari ketersediaan bantuan dan rasa percaya terhadap kemampuan perawat untuk berperan serta secara efektif dalam pemberian askep pada klien. Tahap ini ditandai dimana perawat melakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi pengumpulan data.
Lebih difokuskan untuk membantu pasien menyadari ketersediaan bantuan dan rasa percaya terhadap kemampuan perawat untuk berperan serta secara efektif dalam pemberian askep pada klien. Tahap ini ditandai dimana perawat melakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi pengumpulan data.
2. Fase identifikasi
Terjadi ketika perawat memfasilitasi ekspresi perilaku pasien dan memberikan asuhan keperawatan yang tanpa penolakan diri perawat memungkinkan pengalaman menderita sakit sebagai suatu kesempatan untuk mengorientasi kembali perasaan dan menguatkan bagian yang positif dan kepribadian pasien. Respon pasien pada fase identifikasi dapat berupa :
Terjadi ketika perawat memfasilitasi ekspresi perilaku pasien dan memberikan asuhan keperawatan yang tanpa penolakan diri perawat memungkinkan pengalaman menderita sakit sebagai suatu kesempatan untuk mengorientasi kembali perasaan dan menguatkan bagian yang positif dan kepribadian pasien. Respon pasien pada fase identifikasi dapat berupa :
·
Pasrtisipan
mandiri dalam hubungannya dengan perawat.
·
Individu mandiri terpisah dari perawat.
·
Individu yang tak berdaya dan sangat
tergantung pada perawat.
6
3. Fase eksplorasi
Memungkinkan suatu situasi dimana pasien dapat merasakan nilai hubungan sesuai pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti hubungan dalam proses interpersonal. Dalam fase ini perawat membantu klien dalam memberikan gambaran kondisi klien dan seluruh aspek yang terlibat didalamnya.
Memungkinkan suatu situasi dimana pasien dapat merasakan nilai hubungan sesuai pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti hubungan dalam proses interpersonal. Dalam fase ini perawat membantu klien dalam memberikan gambaran kondisi klien dan seluruh aspek yang terlibat didalamnya.
4. Fase resolusi
Secara bertahap pasien melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi kea rah realisasi potensi.
Secara bertahap pasien melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi kea rah realisasi potensi.
Keempat
fase tersebut merupakan rangkaian proses pengembangan dimana perawat membimbing
pasien dari rasa ketergantungan yang tinggi menjadi interaksi yang saling
tergantung dalam lingkungan sosial. Artinya seorang perawat berusaha mendorong
kemandirian pasien.
Pemaparan
ini menunjukkan bahwa teori Hildegard E. Peplau(1952) berfokus pada individu,
perawat dan proses interaktif yang menghasilkan hubungan antara perawat dan
klien. Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan,
dan keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Artinya suatu hasil
proses kerja sama manusia dengan manusia lainnya supaya menjadi sehat atau
tetap sehat (hubungan antar manusia). Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik
klien dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai kematangan perkembangan
kepribadian. Oleh sebab itu, perawat berupaya mengembangkan hubungan perawat
dan klien melalui peran yang diembannya (nara sumber, konselor, dan wali).
Adapun
kerangka kerja praktik dari teori Peplau memaparkan bahwa keperawatan adalah
proses yang penting, terapeutik, dan interpersonal. Keperawatan berpartisipasi
dalam menyusun struktur system asuhan kesehatan untuk menfasilitasi kondisi
yang alami dari kecenderungan manusia untuk mengembangkan hubungan
interpersonal.
7
2.3. Aplikasi Tahap Asuhan Keperawatan
Implementasi Teori Peplau
Aplikasi
yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada saat klien mencari bantuan,
pertama perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis pelayanan yang
tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara perawat dan klien bersama-sama
mendefinisikan masalah dan kemungkinan penyelesaian masalahnya. Dari hubungan
ini klien mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhannya dan perawat membantu klien dalam hal menurunkan
kecemasan yang berhubungan dengan masalah kesehatannya.
Teori
peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan kolaborasi perawat klien
membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui hubugan interpersonal yang
efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien. Ketika kebutuhan dasar telah
diatasi, kebutuhan yang baru mungkin muncul. Hubungan interpesonal perawat
klien digambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih seperti berikut
ini orientasi, identifikasi, penjelasan dan resolusi.
Teori dan gagasan Peplau
dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan jiwa. Penelitian
keperawatan tentang kecemasan, empati, instrument perilaku, dan instrument
untuk mengevaluasi respon verbal dihasilkan dari model konseptual Peplau.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Seorang
perawat selain di tuntut untuk memiliki skill perawat juga harus bisa memahami
diri sendiri, klien juga diharapkan dapat berperan aktif dalam proses keperawatan agar terjadi hubungan
interpersonal antara pasien dan perawat. Parawat dapat memberikan pengarahan
kepada pasien agar pasien menjaga pola hidup baik psikis maupun fisiknya supaya
terjaga dalam keadaan sejahtera.jawaban
Parawat
sebagai mitra kerja harus menciptakan suasana yang harmonis atas dasar
kemitraan, jadi harus dibina rasa saling percaya antara perawat dengan klien.
Selain perawat sbagai mitra kerja disebut juga perawat sebagai narasumber, yang
artinya perawat dapat memberikan informasi tentang kesehatan klien. Perawat
sebagai pendidik yaitu, perawat dapat berupaya untuk memberi bimbingan kepada
klien, kluarga klien atau orang terdekat klien, untuk mengatasi kesehatan
klien. kepemimpinan, perawat harus mampu memimpin klien atau kluarga klien
untuk mencegah masalah dalam kesehatan. Perawat sebagai pengasuh dan konselor,
meningkatkan keadaan sehat pada klien.
Dalam
keperawatan, perawat juga diharapkan bisa mengkaji kecemasan klien. Jika
kecemasan dalam diri klien berkurang, maka akan menunju ke keadaan klien yang
semakin baik. sebagai perawat juga di haruskan bisa menjaga rahasia klien yang
menuju pada privasi klien, Sehingga klien tersebut bisa merasa nyaman dalam
proses perawatan tersebut.
Dalam
keperawatan tidak luput juga dari komunikasi, karena komunikasi sangat
dibutuhkan dalam keperawatan. Komunikasi sangatlah berpengaruh dalam peroses
asuhan keperawatan
9
Adapun
fase dalam keperawatan fase orientasi, ada fase ini perawat dan klien bertindak
sebagai dua individu yg saling belum mengenal selama masa orientasi. klien
merupakan seseorang yg memerlukan bantuan profesioal dan perawat berperan
membantu klien mengenali dan memahami masalahnya serta menentukan apa yg klien
perlukan saat itu , jadi fase orientasi merupakan fase untuk menentukan adanya
masalah.fase orientasi ditentukan oleh
sikap perawat dan klien dalam memberi / menerima selain itu fase ini juga
dipengaruhi oleh ras, budaya, agama, pengalaman , latar belakang, dan harapan
klien maupun perawat.akhir fase ini adalah klien bersama-sama mengidentifikasi
adanya masalah serta menumbuhkan rasa saling percaya.
10
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Teori
Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan proses interaktif
(Peplau, 1952) yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien (Torres,
1986). Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan,
dan keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Tujun keperawatan
adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan unutuk membantu klien mencapai
kemantapan pengembangan kepribadian (Chinn dan Jacobs, 1995). Teori dan gagasan
Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan jiwa. Oleh
sebab itu perawat berupaya mengembangkan hubungan antara perawat dank lien
dimana perawat bertugas sebagai nara sumber, konselor, dan wali.
4.2.
Saran
Seperti
yang kita ketahui bahwa manusia dipandang sebagai sistem holistik yang terdiri
dari bio-psiko-sosial-spiritual. Pada teori Peplau ini mempunyai kelemahan
yaitu lebih menitikberatkan pada keperawatan jiwa, hal ini dapat dibuktikan
pada gagasan Peplau yang dikembangkan pada pemantapan pengembangan kepribadian.
11
DAFTAR PUSTAKA
Peplau, H. (1952).
Interpersonal relation in nursing. New York: G.P. Putnam’s Son
http://shidiqwidiyanto.wordpress.com/2009/04/03/model-keperawatan-menurut-hildegard-peplau/ ( 7 Desember 2011, 21.18 wib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar